Sejarah Pemerintahan
Kabupaten di Nganjuk, Kab. Nganjuk, Nganjuk, Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk
|
Gapura masuk kab nganjuk tahun 1935 |
mtsnberbek - Sekilas sejarah Pemerintahan Kabupaten
di Nganjuk, Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam buku tulisan
Peter Carry, bahwa disekitar tahun 1811 ternyata di Nganjuk ada 4(empat)
wilayah Kabupaten yaitu :
1.
Kabupaten Berbek ;
2.
Kabupaten Godean ;
3.
Kabupaten Nganjuk ; dan
4.
Kabupaten Kertosono.
Dalam perkembangan selanjutnya,
berdasarkan dokumen-dokumen konstitusional Pemerintah Hindia Belanda, dari
keempat Kabupaten tersebut, yang tercatat hanya ada tiga Kabupaten yaitu :
Kabupaten Nganjuk ; Kabupaten Berbek ; dan Kabupaten Kertosono. Mungkin sekali
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Kabupaten Godean dihapus dan
bekas wilayahnya dijadikan satu dengan Kabupaten Berbek.
Tercatat dalam naskah Resolusi
Pemerintah Hindia Belanda Nomor 10 tanggal 31 Desember 1830, yang merupakan
tindak lanjut dari perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dengan
Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 3 Juli 1830 di Pendopo
Sepreh ; bahwa yang tersebut hanyalah Kabupaten Nganjuk ; Kabupaten Berbek ;
dan Kabupaten Kertosono (termasuk dalam wilayah Residensi Kedirie). Sedangkan
Kabupaten Godean tidak disebutkan lagi.
|
Pejuang dan perintis Kemerdekaan Kab. Nganjuk |
Dipandang perlu untuk dijelaskan bahwa,
perjanjian Sepreh antara lain berisi penyerahan kekuasaan dan pengawasan atas
daerah-daerah Monconegoro Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta kepada
Nederlandsch Gouvernement, yang tidak lain adalah hasil dari politik Devide et
Impera Pemerintah Hindia Belanda. Dengan demikian setelah penandatanganan
naskah perjanjian Sepreh tersebut, praktis seluruh Kabupaten bekas daerah
Monconegoro Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta, termasuk Nganjuk,
Berbek dan Kertosono tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Pemerintah Hindia
Belanda.
Berdasarkan Akte Komisaris Daerah-Daerah
Keraton yang telah diambil alih dan ditandaatangani pada tanggal 16 Juni 1831
di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst, yang ditunjuk untuk menjabat Bupati di
ketiga kabupaten tersebut adalah :
– R. Toemenggoeng Sosro
Koesoemo sebagai Bupati Berbek ;
– R. Toemenggoeng Brotodikoro sebagai Bupati Nganjuk ; dan
– R. Toemenggoeng Soemodipoero sebagai Bupati Kertosono.
– Pada kurun waktu
berikutnya ketiga Kabupaten tersebut digabungkan menjadi satu dengan Kabupaten
Berbek. Tentang waktu tepatnya penggabungan tersebut secara explisit sangat
sulit dicarikan data autentiknya. Namun secara implisit dapat dilihat dalam
Surat Residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852, tentang
pertimbangan-pertimbangan pengangkatan PRINGGODIKDO sebagai Bupati Berbek
menggantikan KRT SOSROKOESOEMO II, yang antara lain menyebutkan bahwa,
Kabupaten Berbek telah sangat luas yang meliputi 8
– Distrik. Distrik-distrik
ini tidak lain adalah :
– 2 (dua) Distrik bekas wilayah Kabupaten Nganjuk ;
– 3 (tiga) Distrik bekas wilayah Kabupaten Kertosono ; dan
– 3 (tiga) Distrik dari Kabupaten Berbek sendiri.
Kedelapan Distrik tersebut adalah :
1.
Berbek
2.
Godean Asli Wilayah Kabupaten Berbek ;
3.
Siwalan
4.
Nganjoek Bekas Wilayah Kabupaten Nganjuk
;
5.
Gemenggeng
6.
Kertosono
7.
Waru Djayeng Bekas Wilayah Kabupaten
Kertosono ;
8.
Lengkong.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada
masa Pemerintahan Bupati KRT. SOSROKOESOEMO III (1878 – 1901), ibukota
Kabupaten Berbek dipindahkan ke Nganjuk pada hari Sabtu Kliwon tanggal: 21
Agustus 1880. Oleh masyarakat luas peristiwa boyongan Kabupaten dari Berbek ke
Nganjuk ini dianggap sangat penting dan mengandung nilai ritual tersendiri. Hal
ini didasarkan pada keberadaan Kabupaten Berbek sebagai cikal bakal
pemerintahan Kabupaten Nganjuk, khususnya Bupati Berbek pertama yaitu KRT.
SOSROKOESOEMO I atau Kanjeng Jimat.
Perpindahan Ibukota Kabupaten dari
Berbek ke Nganjuk ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kota Nganjuk mempunyai
prospek masa depan yang cerah, stra tegis, dekat jalur kereta api Surabaya –
Solo, sehingga memudahkan dalam transportasi dan komunikasi dengan dunia luar.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda tanggal 10 Mei 1885 Nomor 4/c, kota Nganjuk ditetapkan
sebagai Ibukota Kabupaten, dengan batas-batas wilayah :
– Pecinan (Kampung Cina) ;
– Kampung Mangoendikaran ;
– Kampung Payaman ; dan
– Kampung Kaoeman.
Kemudian siapa-siapa yang pernah
menjabat sebagai Bupati, mulai masih dari Berbek sampai di Nganjuk yang
sekarang ini dapat dije askan sebagai berikut :
1 KRT. Sosrokoesoemo I (Kanjeng
Jimat) …….. – 1760
2 KRT.
Sosrodirjo
1760 –
3 KRT. Sosrokoesoemo
II
1831 – 1852
4 RNG.
Pringgodikdo
1852 – 1866
5 KRT.
Soemowilojo
1866 – 1878
6 RMT. Sosrokoesoemo
III
1878 – 1901
7 RMAA.
Sosrohadikoesoemo
1901 – 1936
8 RTA.
Prawirowidjoyo
1936 – 1943
R. Mochtar Praboe Mangkoenegoro ` 1943 –
1947
Mr.R. Iskandar
Gondowardojo
1947 – 1949
R.M.
Djojokoesoemo
1949 – 1951
K.I. Soeroso
Atmohadiredjo
1951 – 1955
M. Abdoel Sjoekoer
Djojodiprodjo
1955 – 1958
M. Poegoeh Tjokrosoemarto
1958 – 1960
Soendoro Hardjoamidjojo, SH.
1960 – 1968
Soeprapto, BA.
1968 – 1978
Drs.
Soemari
1978 – 1983
Drs. Ibnu Salam
1983 – 1993
Drs. Soetrisno R.
1993 –
Sejarah
Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang
yang dalam bahasa
Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859
Caka atau 937 Masehi.
|
Kediaman bupati Nganjuk antara tahun 1860 dan 1900 |
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada
permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang
berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka
Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila
dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi
dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan
kasultanan Yogyakarta,
sedangkan daerah Nganjuk merupakan
mancanegara kasunanan Surakarta.
Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya
tanggal 4 juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk )
tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten
Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek dibawah
kepemimpinan Raden ToemenggoengSosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang
diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah
ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie
No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari
Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono , antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats
Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs : de
Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman.
Dengan ditetapkannya Kota
Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi
ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan
di Nganjuk.
|
Klinik pabrik gula Nganjuk tahun 1920 |
Kependudukan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di
Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal
di perkotaan, dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.
Agama
dan Budaya
Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk
memeluk agama Islam dengan
jumlah hampir 99%, dan sisanya menganut agama Kristen, Hindu, Budha, Khonghucu.
Sekian sekilas Sejarah Singkat Kabupaten
Nganjuk yang dapat disampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, semoga ada
guna dan manfa’atnya bagi kita semua, khususnya bagi pembangunan di Kabupaten
yang kita cintai bersama ini. Amin.
Copyright © 2010 mtsnberbek.com