Selamat Datang di Blogsite MTs Negeri Berbek - Mewujudkan Insan MUTTAQIN (Mandiri, Unggul, Taqwa, Terampil, Amanah, Qur'ani dan INovatif #mtsnberbek.com

Kamis, 25 November 2010

mtsnberbek.com

http://mtsnberbek.blogspot.co.id/2015/12/mtsnberbekcom.html


Nomor Statistik Madrasah (NSM)            :  121135180003
Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) :  20582419

Alamat Madrasah
Desa Kacangan 
Kecamatan Berbek 
Kabupaten Nganjuk
Kode Pos : 64473
Telp/Fax : 0358-324495

Status Akreditasi  : Terakreditasi A


Terima Kasih Telah Berkunjung di Blogsite : mtsnberbek.com








                                                                                                       Copyright © 2010 mtsnberbek.com

Selasa, 17 Agustus 2010

SEJARAH KABUPATEN NGANJUK

Sejarah Pemerintahan Kabupaten di Nganjuk, Kab. Nganjuk, Nganjuk, Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk

 Gapura masuk kab nganjuk tahun 1935

mtsnberbek - Sekilas sejarah Pemerintahan Kabupaten di Nganjuk, Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam buku tulisan Peter Carry, bahwa disekitar tahun 1811 ternyata di Nganjuk ada 4(empat) wilayah Kabupaten yaitu :
1.       Kabupaten Berbek ;
2.      Kabupaten Godean ;
3.      Kabupaten Nganjuk ; dan
4.      Kabupaten Kertosono.

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan dokumen-dokumen konstitu­sional Pemerintah Hindia Belanda, dari keempat Kabupaten tersebut, yang tercatat hanya ada tiga Kabupaten yaitu : Kabupaten Nganjuk ; Kabupaten Berbek ; dan Kabupaten Kertosono. Mungkin sekali berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, Kabupaten Godean dihapus dan bekas wilayahnya dijadikan satu dengan Kabupaten Berbek.
Tercatat dalam naskah Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 10 tanggal 31 Desember 1830, yang merupakan tindak lanjut dari perjanjian antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 3 Juli 1830 di Pendopo Sepreh ; bahwa yang tersebut hanyalah Kabupaten Nganjuk ; Kabupaten Berbek ; dan Kabupaten Kertosono (termasuk dalam wilayah Residensi Kedirie). Sedangkan Kabupaten Godean tidak disebutkan lagi.
Pejuang dan perintis Kemerdekaan Kab. Nganjuk

Dipandang perlu untuk dijelaskan bahwa, perjanjian Sepreh antara lain berisi penyerahan kekuasaan dan pengawasan atas daerah-daerah Monconegoro Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta kepada Nederlandsch Gouvernement, yang tidak lain adalah hasil dari politik Devide et Impera Pemerintah Hindia Belanda. Dengan demikian setelah penandatanganan naskah perjanjian Sepreh tersebut, praktis seluruh Kabupaten bekas daerah Monconegoro Kesultanan Yogyakarta dan Ke­sunanan Surakarta, termasuk Nganjuk, Berbek dan Kertosono tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Pemerintah Hindia Belanda.
Berdasarkan Akte Komisaris Daerah-Daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandaatangani pada tanggal 16 Juni 1831 di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst, yang ditunjuk untuk menjabat Bupati di ketiga kabupaten tersebut adalah :
–   R. Toemenggoeng Sosro Koesoemo sebagai Bupati Berbek ;
–   R. Toemenggoeng Brotodikoro sebagai Bupati Nganjuk ; dan
–   R. Toemenggoeng Soemodipoero sebagai Bupati Kertosono.
–   Pada kurun waktu berikutnya ketiga Kabupaten tersebut digabungkan menjadi satu dengan Kabupaten Berbek. Tentang waktu tepatnya penggabungan tersebut secara explisit sangat sulit dicarikan data autentiknya. Namun secara implisit dapat dilihat dalam Surat Residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852, tentang pertimbangan-pertimbangan pengangkatan PRINGGODIKDO sebagai Bupati Berbek menggantikan KRT SOSROKOESOEMO II, yang antara lain menye­butkan bahwa, Kabupaten Berbek telah sangat luas yang meliputi 8
–   Distrik. Distrik-distrik ini tidak lain adalah :
–   2 (dua) Distrik bekas wilayah Kabupaten Nganjuk ;
–   3 (tiga) Distrik bekas wilayah Kabupaten Kertosono ; dan
–   3 (tiga) Distrik dari Kabupaten Berbek sendiri.
Kedelapan Distrik tersebut adalah :
1.       Berbek
2.      Godean Asli Wilayah Kabupaten Berbek ;
3.      Siwalan
4.      Nganjoek Bekas Wilayah Kabupaten Nganjuk ;
5.      Gemenggeng
6.      Kertosono
7.      Waru Djayeng Bekas Wilayah Kabupaten Kertosono ;
8.     Lengkong.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa Pemerintahan Bupati KRT. SOSROKOESOEMO III (1878 – 1901), ibukota Kabupaten Berbek dipindahkan ke Nganjuk pada hari Sabtu Kliwon tanggal: 21 Agustus 1880. Oleh masyarakat luas peristiwa boyongan Kabupaten dari Berbek ke Nganjuk ini dianggap sangat penting dan mengandung nilai ritual tersendiri. Hal ini dida­sarkan pada keberadaan Kabupaten Berbek sebagai cikal bakal pemerintahan Kabupaten Nganjuk, khususnya Bupati Berbek pertama yaitu KRT. SOSROKOE­SOEMO I atau Kanjeng Jimat.
Perpindahan Ibukota Kabupaten dari Berbek ke Nganjuk ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kota Nganjuk mempunyai prospek masa depan yang cerah, stra tegis, dekat jalur kereta api Surabaya – Solo, sehingga memudahkan dalam transportasi dan komunikasi dengan dunia luar.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 10 Mei 1885 Nomor 4/c, kota Nganjuk ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten, dengan batas-batas wilayah :
–  Pecinan (Kampung Cina) ;
–  Kampung Mangoendikaran ;
–  Kampung Payaman ; dan
–  Kampung Kaoeman.
Kemudian siapa-siapa yang pernah menjabat sebagai Bupati, mulai masih dari Berbek sampai di Nganjuk yang sekarang ini dapat dije askan sebagai berikut :
1  KRT. Sosrokoesoemo I (Kanjeng Jimat)  …….. – 1760
2  KRT. Sosrodirjo                                           1760 –
3  KRT. Sosrokoesoemo II                             1831 – 1852
4  RNG. Pringgodikdo                                     1852 – 1866
5  KRT. Soemowilojo                                       1866 – 1878
6  RMT. Sosrokoesoemo III                          1878 – 1901
7  RMAA. Sosrohadikoesoemo                      1901 – 1936
8  RTA. Prawirowidjoyo                                 1936 – 1943
R. Mochtar Praboe Mangkoenegoro     `   1943 – 1947
Mr.R. Iskandar Gondowardojo                   1947 – 1949
R.M. Djojokoesoemo                                     1949 – 1951
K.I. Soeroso Atmohadiredjo                         1951 – 1955
M. Abdoel Sjoekoer Djojodiprodjo              1955 – 1958
M. Poegoeh Tjokrosoemarto                       1958 – 1960
Soendoro Hardjoamidjojo, SH.                    1960 – 1968
Soeprapto, BA.                                              1968 – 1978
Drs. Soemari                                                  1978 – 1983
Drs. Ibnu Salam                                            1983 – 1993
Drs. Soetrisno R.                                           1993 –

Sejarah

Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuna berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.
Kediaman bupati Nganjuk antara tahun 1860 dan 1900
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu BerbekGodeanNganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta. Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (BerbekKertosono dan Nganjuk ) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden ToemenggoengSosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng AhoengTrenggalekNgandjoek dan Kertosono , antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs : de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk.
Klinik pabrik gula Nganjuk tahun 1920
Kependudukan
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebanyak  1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan, dan sisanya 64% tinggal di pedesaan.
Agama dan Budaya
Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dengan jumlah hampir 99%, dan sisanya menganut agama KristenHinduBudhaKhonghucu.
Sekian sekilas Sejarah Singkat Kabupaten Nganjuk yang dapat disampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, semoga ada guna dan manfa’atnya bagi kita semua, khususnya bagi pembangunan di Kabupaten yang kita cintai bersama ini. Amin.






                                                                              Copyright © 2010 mtsnberbek.com






Jumat, 01 Januari 2010

Nabi Muhammad S.A.W.

Muhammad bin Abdullāh
محمد بن عبد الله
Nama "Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam" dalam seni khat.
Kelahiran
Muhammad bin Abdullah
sekitar 570/571 Masihi
Perkuburan
Makam Nabi di Masjid Nabawi, Madinah
Nama lain
Al-Amin, As-Saadiq, Rasul Allāh dan Abu al-Qasim
Terkenal kerana
Pembawa agama Islam

Muhammad bin Abdullāh
محمد بن عبد الله
Nama "Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam" dalam seni khat.
KelahiranMuhammad bin Abdullah
sekitar 570/571 Masihi
PerkuburanMakam Nabi di Masjid Nabawi, Madinah
Nama lainAl-Amin, As-Saadiq, Rasul Allāh dan Abu al-Qasim
Terkenal keranaPembawa agama Islam
AgamaIslam
Pasangan
  • Khadijah binti Khuwailid (595-619)
  • Saudah binti Zam'ah (619-632)
  • Aisyah binti Abu Bakar Al-Siddiq (619-632)
  • Hafsah binti Umar Al-Khattab (624-632)
  • Zainab binti Khuzaimah (625-627)
  • Zainab binti Jansyin (627-632)
  • Juwairiah binti Al-Harith (628-632)
  • Ramlah binti Abu Sufian (628-632)
  • Hindun binti Abi Umaiyah (629-632)
  • Raihanah binti Zaid (629-631)
  • Safiyah binti Huyay (629-632)
  • Maimunah binti Al-Harith (630-632)
  • Maria al-Qibtiyyah (630-632)
Ibu bapa
Ayah: Abdullah bin Abdul Muttalib
Ibu: Āminah bt Wahab
SaudaraAhlul Bait
Muhammad bin Abdullah (Arab/Jawi: محمد بن عبد اللهdisebut [mʊħɑmmæd]  ( dengar)) (570 M-8 Jun 632 M)[1] merupakan nabi dan rasul yang terakhir bagi umat Islam.[2] Lebih dikenali sebagai Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam (Arab/Jawi: نبي محمد صلى الله عليه وسلم), baginda juga adalah pemimpin yang menyatukan Semenanjung Arab kepada satu tatanegara di bawah pemerintahan Islam.[3]Muhammad dianggap oleh umat Islam sebagai pemulih keimanan monoteistik ajaran nabi-nabi terdahulu yang dibawa oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi-nabi yang lain.[4][5][6][7]
Dilahirkan di Makkah, Semenanjung Arab,[8][9] baginda adalah anak yatim piatu sejak kecil lagi dimana baginda dijaga oleh datuknya, Abdul Muttalib bin Hasyim dan seterusnya bapa saudara baginda, Abu Talib bin Abdul Muttalib. Baginda juga pernah bekerja sebagai pengembala kambing dan saudagar serta perkahwinan pertamanya adalah ketika berusia 25 tahun dimana baginda telah bernikah denganKhadijah binti Khuwailid (40 tahun). Ketika Muhammad berumur 40 tahun, baginda telah menerimawahyu yang pertama daripada Tuhan melalui malaikat Jibril ketika sedang berada di Gua Hira. Tiga tahun setelah kejadian itu, baginda mula berdakwah secara terbuka kepada penduduk Makkah dengan mengatakan "Tuhan itu Esa" dan hendaklah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah (secara harfiahnya membawa maksud Islam) dan ia adalah satu cara hidup (الدين ad-Din) yang diterima Allah sahaja.
Muhammad menerima beberapa orang pengikut pada awalnya yang terdiri daripada pelbagai golongan. Ajaran yang dibawa oleh baginda mendapat tentangan yang hebat dalam kalangan penduduk Makkah malahan mereka dilayan dengan teruk dan zalim. Oleh itu, Muhammad telah menghantar beberapa orang pengikutnya ke Habsyah pada 614 M sebelum baginda dan pengikutnya lain di Makkah berhijrahke Madinah (dahulu dikenali sebagai Yathrib) pada tahun 622 M. Peristiwa penghijrahan Muhammad itu menandakan permulaan bagi kalendar Islam atau takwim Hijrah. Di Madinah, Muhammad telah menyatukan semua suku kaum dibawah Piagam Madinah. Setelah bersengketa dengan penduduk Makkah selama 8 tahun, baginda membawa 10,000 pengikutnya ke Makkah serta membukanya. Muhammad dan para pengikutnya telah memusnahkan patung berhala yang terdapat di Makkah.[10]Pada tahun 632 M, beberapa bulan selepas peristiwa Haji Wida atau Haji Perpisahan, Muhammad telah jatuh sakit lalu wafat. Ketika kematiannya, hampir seluruh Semenanjung Arab berada di bawah naungan Islam dan bersatu dengan tatanegara Islam.[11][12]








                                                                              Copyright © 2010 mtsnberbek.com
#mtsnberbek.com Terima Kasih Anda telah berkunjung di Blogsite kami - Jadilah orang pertama di antara teman-teman yang menyukai ini. #MADRASAH LEBIH BAIK LEBIH BAIK MADRASAH
Copyright © 2015 MTs Negeri Berbek Kabupaten Nganjuk . Designed by Zayn Mohammad