Pendis - "Madrasah sama dengan
sekolah, hanya penyebutannya yang berbeda. Namun bila digali lebih
lanjut tenyata keduannya sangat beda. Sekolah tempat mencari/menuntut
ilmu pengetahuan dengan bersumber dari guru sedangkan madrasah berasal
dari Allah SWT". Demikian disampaikan Wakil Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, pada pembukaan KSM (Kompetisi Sains Madrasah) di Makassar, Senin (25/08) siang.
Dalam menjawab makna dibalik motto "Madrasah Lebih Baik, Lebih Baik Madrasah" tersebut, guru besar tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali menegaskan bahwa `murid` yang padan katanya adalah madrasah, dalam ilmu tasawuf bisa diartikan sebagai orang mencari ilmu yang berasal dari Allah.
"Murid setara bukan dengan muallim (guru) akan tetapi identik dengan mursyid (guru spiritual), oleh karena itu `murid` disebut murid spiritual", tegas Pak Nasar.
Madrasah kembali dimaknai sampai level ketiga perintah `iqra`
dalam al Qur`an yaitu bagaimana menghayati, meresapi dan menjiwai apa
yang dibaca dan dipelajari. Berbeda dengan sekolah yang hanya pada level
dua saja, mendalami apa yang ia baca.
"Perintah `iqra` dalam al Qur`an terdiri atas
tiga level; membaca, mendalami (istiqra`), dan menghayati. Bahkan bisa
level empat pemaknaannya yaitu konteks iqra` bismillahi rabbik, sebagaimana Imam Al Ghazali, ia adalah murid Rasulullah SAW secara
langsung padahal jarak hidupnya sekitar 600 abad", tegas Nasar yang
akan menerbitkan karya tafsirnya dalam waktu dekat ini.
Oleh karena itu Nasaruddin kembali menyemangati para
murid, guru serta pejabat yang hadir, untuk tidak puas terus mencari
inti dari madrasah yang sekarang ini terus berproses.
"Jangan pernah puas seperti Bawang Merah ketika
dikupas, ternyata masih ada lagi, di dalam kulit masih ada kulit, sampai
menemukan inti yang terdalam darinya, demikian madrasah dalam mencari
jati dirinya", lanjut Nasar.
Menyinggung kenapa madrasah menyelenggarakan
kompetisi sains bukan ilmu yang lain, ia mengatakan bahwa sebenarnya
ilmu sains tidak hanya ada di dalam al Qur`an akan tetapi para ilmuwan
Islam abad pertengahan telah menemukan terlebih dahulu dibandingkan
orang-orang Eropa/Amerika.
"Ilmu kimia ditemukan oleh santri tulen, Abu Musa Jabir bin Hayyan (720 M), the father of chemistry.
Ilmu optik oleh Ibnu Hayyan, mematahkan buku The Optic karya orang
Eropa yang ternyata buku itu jiplakan dari Kitabul Manadzir. Demikian
juga teori Algoritma, Al Jabar dalam ilmu matematika, Ilmu Kedokteran
oleh Ibnu Sina dan masih banyak lagi lainnya. Bahkan orang asli Makassar
yang hidup abad 17 (1620-an M) yang bernama Karaeng Patingallong adalah
seorang saintis yang terkenal sampai benua Eropa", papar Nasaruddin
penuh semangat.
Pengajar Institut Ilmu Al Qur`an (IIQ) ini juga berpesan agar madrasah bisa mencetak generasi kuat, tahan uji dan amanah.
"Innal khoira manista`jarta qowiyyul amin,
sesungguhnya generasi yang paling handal yang akan melanjutkan tongkat
estafet negeri adalah yang kokoh/kuat serta penuh integrasi", ungkap
Nasaruddin mengakhiri sambutannya.
(p1p0/ra)
Copyright © 2014 mtsnberbek.com